yamadipati

yamadipati
yamadipati

Rabu, 02 Februari 2011

Rabu, 22 Desember 2010

WAYANG
WAYANG
 CERITA WAYANG


kesetiaan dan pengorbanan tiga wanita.

kali ini akan kami sampaikan tiga buah cerita tentang kesetiaan dan pengorbananan tiga orang wanita, yang patut kita kenang dan kita renungkan, dan ketiga wanita itu ada yang datang jauh sebelum generasi Pandawa Kurawa, namun juga ada yang datang di jaman Pandawa Kurawa, bahkan Arjuna ikut terlibat didalam kisahnya, dan seorang lainnya muncul setelah Pandawa Seda, di jaman Prabu Parikesit. Siapakah mereka.

Yang pertama adalah kesetiaan dan pengorbanan Dewi Sawitri yang setia pada suaminya yaitu Satyawan.
Mari kita simak ceritanya.

Di Negeri Madras, yang kemudian kita kenal dengan negara Mandaraka, bertahtalah seorang raja yang bernama Aswapati, mempunyai seorang puteri bernama Sawitri.Sang Baginda raja, merasa gundah hati, karena melihat puterinya, yang sudah beranjak dewasa, balum juga ada seorang pria datang untuk berkenalan atau bahkan datang untuk melamarnya. Raja akhirnya memerintahkan Dewi Sawitri untuk meninggalkan istana, dan mencari pria pujaan hatinya. Sebenarnya Dewi Sawitri sudah menemukan pria idamannya, lewat impian. Perjalanan Sawitri akhirnya memasuki hutan. Di hutan itu, Sawitri menemukan seorang pria tampan sedang bersemadi.Sawitri merasa kalau pria itu seperti yang ditemuinya dalam impiannya. Sawitri menunggui dengan setia. Disiapkannya makanan berupa buah buahan yang masih segar yang dipetiknya dari berbagai tempat di sekeliling tempat Satyawan bersemedi.Beberapa saat kemudian, Satyawan terbangun dari semadi nya. Ia melihat Sawitri seorang gadis cantik, Satyawan menatap gadis itu beberapa saat, kelihatannya ia jatuh cinta pada Sawitri. Kemudian keduanya saling berkenal an, mereka kelihatan akrab. Akhirnya mereka saling menyatakan cintanya. Satyawan adalah putera  raja Salwa. Ayahandanya terusir dari istana dan negara nya sendiri, karena kalah dalam judi, yang mengharuskan hukuman buang selama 13 tahun,  seperti yang akan di alami Pandawa beberapa generasi kemudian.Didalam pengembaraannya, sampai di hutan itu, dan Prabu Jumatsena ayahanda Satyawan setelah mengalami peristiwa itu, menjadikan penyesalan yang tak habis habisnya memangisi nasibnya, sampai Prabu Jumatsena mengalami kebutaan. Kini ayahnya pun tinggal bersama Satyawan dalam sebuah goa. Setelah beberapa hari tinggal didalam goa bersama Satyawan dan ayahnya, Sawitri berpamitan dan berjanji akan menemuinya lagi untuk dua tiga hari mendatang.Sawitri kembali ke negeri Madras menghadap ayahanda nya prabu Aswapati. 

Mendengar cerita Sawitri, ayahandanya Prabu Aswapati, merasa bahagia. Ia senang akan berbesan dengan Prabu Jumatsena. Tiba tiba saja, datang Batara Narada turun ke marcapada, untuk menemui Prabu Aswapati dan puterinya, Dewi Sawitri. Batara Narada membawa berita, kalau Satyawan umurnya tinggal setahun,dan memintanya agar membatalkan rencana perkawinan Sawitri dan Satyawan. Namun Sawitri cintanya pada Satyawan telah mekar, dan setelah mendengar berita dari Batara Barada justru cintanya  menjadi lebih mendalam. Karena cinta mereka berdua sudah tak tak terbendung lagi, maka oleh Prabu Aswapati, di gelarlah acara perkawinan puterinya, Sawitri, dengan pria pilihannya sendiri, Setyawan. Sebenarnya Prabu Aswapati minta Satyawan dan ayahandanya tinggal di istana, namun Satyawan dan Ayahandanya bermaksud meneruskan tapanya di hutan. Prabu Aswapati tidak bisa membendung keinginan Satyawan dan ayahandanya. Mengingat suaminya akan kembali ke hutan,maka Sawitri pun berpamitan pada ayahnya, untuk mengikuti suaminya. Raja Aswapati pun merestui puterinya, Sawitri mengikuti suaminya.


Sudah beberapa bulan ini Sawitri tinggal bersama dengan Satyawan. Waktu begitu cepat berlalu. Kini sudah memasuki sisa umur Satyawan yang tinggal beberapa hari lagi. Sawitri selalu berdoa agar usia Satyawan dapat di perpanjang. Tiba tiba datang seorang dewa dengan cahaya memerah, kulit hitam memerah, mata memerah dan juga berpakaian serba merah. Nampak menggotong sukma seseorang. Sawitri tidak sadar, kalau sukma yang dibawa adalah sukma suami Satyawan. Terhenyak dari ketertegunannya, maka ia segera memeriksa suaminya, ia melihat Satyawan sudah terbaring  lemas tanpa bernapas. Segera Sawitri menangkap dan menarik lengan baju sang dewa penyabut sukma, yaitu dewa Yamadipati, yang baru turun dari Kahyangan dan telah mengambil sukma suaminya.Entah karena apa, Yamadipati tidak berdaya ketika Sawitri memegangi lengan bajunya. Dewi Sawitri tanpa terasa bisa berjalan diangkasa mengikuti  kepergian Batara Yamadipati. pergi ke Kahyangan. Batara Yamadipati minta agar Sawitri melepaskan baju Batara Yamadipati yang dipegang erat oleh Dewi Sawitri.  Perjalanan Sawitri mengikuti Batara Yamadipati sudah semakin jauh, mendekati alam kahyangan. Melihat situasi yang tidak nyaman. Batara Yamadipati berjanji akan memberikan tiga permintaan kepada Sawitri, asal Sawitri tidak meminta nyawa Satyawan, dan setelah itu harus melepas pegangan baju Batara Yamadipati. Dewi Sawitri semakin erat memegangi lengan baju Batara Yamadipati. Sawitri akhirnya menerima pemberian tiga permintaan yang diberikan Batara Yamadipati. Yang pertama Sawitri meminta agar ayah mertuanya, yaitu Prabu Jumatsena di sembuhkan dari kebutaannya, permintaan yang kedua, minta agar  ayah mertuanya,   dapat berkuasa kembali di negerinya lagi. Yamadipati sudah memenuhi dua permintaan. Tinggal satu permintaan lagi.Sawitri minta setelah perkawinan dengan Satyawan, setahun yang lalu, ia belum dikurniai putera seorang pun, maka ia menginginkan mempunyai  putera sebanyak 100 orang putera dari Satyawan. Tanpa berpikir panjang Batara Yamadipati mengiyakan permintaan Sawitri. Sawitri ragu, maka ia pun menanyakan apakah Batara Yamadipati tidak bohong. Tentu saja Batara Yamadipati degan tegas bahwa semua dewa tidak ada yang berbohong pada manusia. Sawitri akhirnya bicara, bahwa anak 100 yang akan didapat dari Satyawan, hanya bohong belaka, kalau Satyawan tidak diberikan kesempatan hidup lagi selama 100 tahun lagi. Batara Yamadipati tertegun, ketika tahu kalau  tanpa sengaja ia memberikan sukma Satyawan kepada Sawitri. Batara Yamadipati menjadi iba melihat kesetiaan Sawitri pada suaminya,  Satyawan.Batara Yamadipati menjadi iba melihat kesetiaan Sawitri pada suaminya.  Akhirnya Batara Yamadipati dengan menggendong sukma Satyawan dan membimbing Sawitri kembali turun ke marcapada kembali ketempat Setyawan terbaring sebelumnya. Sukma dikembalikan, dan Setyawan hidup kembali. Peristiwa ini tidak pernah diceritakan kepada suaminya, sampai akhir hidupnya. Karena Sawitri tidak menginginkan suaminya merasa berhutang nyawa dengannya.Kini mereka hidup bahagia di istana Salwa bersama ayahandanya yang telah bisa melihat lagi, memerintah kembali negerinya dengan arif bijaksana.***

Wanita yang kedua yang kami maksud adalah Dewi Anggraeni. Dewi Anggraeni sejak kecil adalah teman bermain Aswatama. Arjuna sering melihat Anggraeni, kalau di Padepokan Sokalima menyelenggarakan pendadaran para satria Pandawa dan Kurawa. Arjuna sebenarnya tertarik akan kecantikan Anggraeni.. Dewi Anggraeni, adalah puteri Prabu Hiranyadanu dari negeri Nisada.

Namun mereka masih terlalu kecil untuk bercinta. Setelah itu Anggraeni tidak ada beritanya, dan tahu tahu tiga sampai empat tahun berikutnya, terpetik berita Anggraeni telah melangsungkan perkawinannya dengan Prabu Palgunadi, Raja Paranggelung. Aswatama sebagai teman kecilnya merasa ikut bahagia, dengan kabar itu. Rupanya Aswatama dalam bersahabat dengan Anggraeni tidak ada beban perasaan apa apa, karena Aswatama telah menganggap Anggraeni sebagai adiknya sendiri.Lain dengan Arjuna, kabar itu menjadikan Arjuna terkejut dan kecewa karena ia kedahuluan Prabu Palgunadi menjadikan Anggraeni istrinya. Arjuna mmenjadi dendam dengan Prabu Palgunadi. Ia bahkan ingin mencoba kesaktian Palgunadi.

Sebenarnya dalam kanuragan panah memanah Arjuna masih mempunyai seorang pesaing lagi, yaitu Prabu Palgunadi, yang mahir dalam memanah. Walaupun ia tidak berguru pada Pandita Durna, namun cara memanahnya betul betul sangat akurat. Arjuna baru saja mengetahui, bahwa Palgunadi juga seorang kesatria pemanah yang hebat.Kini Arjuna merasa tersaingi. Arjuna ingin sekali bertemu Palgunadi, untuk mencoba kepandaian memanah Palgunadi.

Suatu hari Arjuna mendengan kabar, bahwa Prabu Palgunadi akan pergi ke Sokalima untuk meningkatkan kemahiran ilmu memanahnya, maka ia berguru pada Pandita Durna. Arjuna merasa cemburu pada Palgunadi. Jangan jangan nanti guru Durna lebih menyayangi Palgunadi.

Dalam perjalanan Arjuna ke Sokalima, Arjuna ingin bertemu bertemu dengan Dewi Anggraini.Arjuna sangat kecewa sekali, ketika melihat kereta kerajaan Paranggelung, hanya terdapat Palgunadi seorang diri. Rupanya Prabu Palgunadi berangkat seorang diri tanpa didampingi istrinya, Dewi Anggraeni,

Beberapa hari kemudian terdengar berita, Dewi Anggraeni juga mau pergi ke Sokalima, menyusul suaminya. Dewi Anggraeni bermaksud  pergi ke Sokalima. Dewi Anggraeni berangkat dari negerinya Paranggelung dengan kereta kerajaan, dengan pengawalan  beberapa perajurit.

Arjuna yang sejak lama menghadang kedatangan Dewi Anggraeni, nampak terpesona melihat kecantikan Dewi Anggraeni, menjadikan Arjuna jatuh cinta pada Dewi Anggraeni.Arjuna meminta Anggraeni menghentikan keretanya. Anggraeni ragu pada Arjuna, apakah ada maksud memberitahu ada bahaya di jalan apa hanya akan mengganggu perjalanannnya.Ternyata Arjuna meminta Anggraeni meninggalkan suaminya dan lebih baik menerima cinta Arjuna. Dewi Anggraeni tidak menanggapi cinta Arjuna. Anggraeni meminta Arjuna pergi dari hadapannya, namun Arjuna tidak mau menghentikan godaannya, Anggraei tidak kuasa lagi mengendalikan kermarahannya, Anggraenipun berteriak minta tolomg. Melihat Arjuna seperti memaksakan kehendak pada Dewi Anggraeni, Aswatama, putera Pandita Durna, yang kebetulan lewat disitu, segera membelokkan kuda yang ditumpanginya, kembali kearah kereta Paranggelung. Kemudian menyerang Arjuna. Arjuna menjadi marah dan terjadilah perkelahian antara keduanya. Aswatama meminta agar kereta Dewi Anggraeni segera meninggalkan tempat,  Dewi Anggraeni memerintahkan para pengawalnya agar  mempercepat perjalanannya. Dewi Anggraeni pun akhirnya sampai di Sokalima. Aswatama hanya dalam ukuran menit, dapat dikalahkan oleh Arjuna. Sementara itu Arjuna sampai pula di Sokalima.Dewi Anggraeni melaporkan kejadian yang baru dialami pada Prabu Palgunadi, suaminya. Ia tak kuasa membendung rasa kesedihannya, iapun menangis dipangkuan suaminya.

Prabu Palgunadi ketika itu sedang menghadap Pandita Durna untuk minta belajar memanah. Namun Pandita Durna. belum memberikan kesanggupannya.Mendengar laporan istrinya, Prabu Palgunadi menjadi marah. Sementara itu Arjunapun sudah sampai di padepokan Sokalima, Arjuna berkilah, bahwa ia tidak setega itu untuk melakukan perbuatan itu, Aswatama pun datang memberi kesaksian, bahwa apa yang dikatakan oleh Dewi Anggraeni itu benar adanya.   Arjuna menyangkal kesaksian Aswatama. Ia tidak akan berbuat seperti yang dituduhkan Aswatama. Ia tidak berbuat seperti apa yang dituduhkan Aswatama. Ia hanya kangen dengan kawan lama.    

Prabu Palgunadi tidak percaya dengan kata kata Arjuna, Palgunadi lebih percaya kepada istrinya dan kesaksian Aswatama, Prabu Palgunadi menjadi sangat marah. Prabu Palgunadi menghajar  Arjuna. Terjadilah perkelahian hebat antara Arjuna dan Palgunadi. Mereka segera keluar dari padepokan, dan berkelahi dihalaman padepokan. Mereka saling adu memanah. Keduanya sangat mahir memanah. Serangan panah Arjuna yang paling hebatpun dapat dipatahkan oleh Palgunadi. Arjuna semakin marah, Arjuna membabi buta dengan panah panahnya. Namun semua panah Arjuna dapat dikembalikan oleh Palgunadi. Arjuna kelihatannya kewalahan menghadapi Palgunadi, maka Arjuna yang juga bernama Palguna menanggalkan panahnya. Arjuna menyerang dengan tangan kosong. Palgunadi pun melayani serangan Arjuna. Kini mereka bertarung tanpa senjata.

Kekuatan mereka begitu seimbang. Tiba tiba saja Arjuna berlaku curang, ia menangkap dan berusaha merebut cincin Mustika Ampal yang dipakai pada ibu jari tangan kanan Prabu Palgunadi.Namun cincin pada  ibu jari nya telah menyatu menjadi satu, sehingga ketika cincin itu dicabut dengan paksa, maka ibu jari Prabu Palgunadi ikut terlepas dari tangan kanan Palgunadi.  Tanpa diduga sebelumnya, Prabu Palgunadi  tewas seketika. Rupanya cincin Mustika Ampal ini, hidup matinya Prabu Palgunadi. Ibu jari bercincin Mustika Ampal Prabu Palgunadi yang terambil oleh Arjuna, tiba tiba lengket dan menyatu dengan jari jari Arjuna, sehingga Arjuna tangan kanannya memiliki enam jari.

Melihat kematian suaminya, Anggraeni lari menghampiri  dan merangkul tubuh suaminya, Prabu Palgunadi. Namun suaminya telah tewas. Ketika ia mencoba membangunkan suaminya, tiba tiba bahu Anggraeni ada yang menyentuhnya, setelah dilihat nampak senyum Arjuna yang mencoba menghibur Anggraeni.  Anggraeni hancur hatinya, dan Anggraenipun melarikan diri meninggalkan Arjuna,

Aswatama mencoba melindungi Dewi Anggraeni dari kejaran Arjuna. Tetapi Aswatama dengan mudah dapat dikalahkan Arjuna. Pandita Durna meminta Arjuna agar sadar atas perbuatannya, namun Arjuna seolah olah tidak mendengar kata kata Gurunya.

Dengan kematian Prabu Palgunadi Arjuna merasa  mendapatkan  kesempatan untuk mempersunting Dewi Anggraeni menjadi istrinya. Arjuna terus mengejar Dewi Anggraeni. Langkah kaki Dewi Anggraeni terhenti, ketika didepannya sudah tidak ada  jalan yang akan dilewati,  yang ada didepannya nampak berupa jurang dan sudah tidak ada jalan lain. Sedangkan Arjuna semakin mendekatinya. Akhirnya hanya ada satu pilihan, Dewi Anggraeni terjun kedalam jurang yang dalam. Dewi Anggraeni pun tewas.

Sukma Dewi Anggraeni pun sampai di Kahyangan Jonggringsaloka. Ia disambut sukma Prabu Palgunadi. Mereka berdua memasuki Swargaloka. Sedangkan Arjuna terus mengejar sukma Dewi Anggraeni yang akan memasuki Kahyangan Jonggringsaloka.

Sementara itu Batara Narada merasa heran,ketika Arjuna datang menemuinya dan minta agar Dewi Anggraeni di kembalikan pada Arjuna. Arjuna ingin menikahinya, karena Arjuna sangat mencintainya.Batara Narada sebenarnya keberatan. tetapi untuk mengelabuhi Arjuna,maka diciptakannya Dewi Anggraeni dari daun Tunjung.

Arjuna merasa bahagia bisa bersanding dengan Dewi Anggraeni. Mereka berdua turun ke marcapada. Namun sesampai di Arcapada Dewi Anggraeni berubah menjadi daun tunjung. Arjuna menjadi marah,ia ingin kembali ke Kahyangan.  Tiba tiba datang Prabu Kresna mencegah  keinginan Arjuna,untuk kembali ke Kahyangan.
Prabu Kresna mengingatkan kalau semua yang terjadi ini sudah kehendak dewat ***

Cerita ketiga, adalah kisah Dewi Sritanjung dengan raden SIdapaksa. atau Raden Widapaksa, adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. Namun mereka sebenarnya juga masih bersaudara, Mereka anak Nakula dan Sadewa, yang merupakan saudara kembar. Keduanya saling mencintai nya.
Sritanjung puteri Nakula dengan ibu Srengganawati, sedangkan Sidapaksa anak Sadewa dengan ibu Srengginiwati. Srengganawati dan Srengginiwati adalah saudara kakak beradik. Mereka putera Begawan Badawanganala rajapendita di Gisik Samodera.


Kisahnya adalah sebagai berikut.

Dewi Sritanjung puteri Nakula. Seorang Pandawa. dan Sidapaksa, putera Sadewa, adik ayah Sritanjung. Keduanya terpisah ketika Perang Barata yuda. Keduanya sampai kini tidak saling mengetahui keberadaan mereka.

Sidapaksa meninggalkan Bumiretawu menuju Istana Astina. Ia mengetahui kalau keluarga Pandawa telah tinggal di Istana Astina, menyusul kemenangan Pandawa stetelah Perang Baratayudha. Kehadiran Sidapak sa sangat menggembirakan bagi Prabu Parikesit, Karena negeri Astina adalah sebu ah negara baru setelah perang. Sejk Parikesit menjadi raja, banyak serangan dari luar yang mencoba nenaklukan kerajaan Astina. Untung Astina memeiliki Suryakaca, Danurwenda dan, Sanga sanga seta tokoh tokoh putera putra uwa Utara dan Wratsangka, yang semuanya bisa diandalkan.

Sementara itu, Sritanjung, yang berangkat ke Astina, di tengah perjalanan bertemu dengan pasukan raksasa goa Barong, Ia dijadikan sandra oleh pasukan Goa Barong, untuk menyerang Astina. Sesampai di Astina terjadilah peperangan. Pasukan Astina mati matian mempertahankan negerinya. Untungkah pertempuran apat dihentikan setelah raja Goa Barong tewas oleh Sidapaksa, sedangkan Dewi Sritanjung terselamatkan dari tangan Pasukan Goa Barong.

Setelah mereka dapat bertemu, keduanya pergi kerumah eyang Sritanjung yang juga merupakan eyang Sidapaksa, Karena ibu Srutanjung dan Sidapaksa adalah kakak bradik, Dewi Srengganawati ibu Sritanjung dan ibu Srengginiwati ibu Sidapaksa, yang kedua duanya putera Eyang Badawanganala.Hubungan nereka direstui, dan mereka pun di nikahkan, Setelah beberapa hari tinggal di rumah eyangnya, keduanya berpamitan untuk mencari pekerjaan di negeri Sinduraja,

Sinduraja, adalah sebuah kerajaan kecil, namun makmur, Sedangkan raja yang bertahta adalah Prabu Silakrama (baca Silah krama).Setelah sampai ke istana Sinduraja, keduanya tanpa kesulitan diterima dengan senang hati, Bahkan mereka di berikan sebuah puri yang terlepas dari istana. Senang keduanya menerima fasilitas itu. Sidapaksa juga dijanjikan aaaaakan diangkat menjadi patih Kerajaan Sinduraja, Apakah memang demikian  isi hati sebenarnya sang Prabu kepada keduanya. Tidak. Itu hanya unyuk mengelabuhi keduanya, atau khususnya Sidapaksa, Sang Prabu sebenarnya ingin Sidapaksa nati, sehingga ia dapat mengawini Sritanjung.

Sampai pada suatu hari, sang prabu, memerintahkan Sidapaksa pergi ke perbatasan untuk menumpas pembrontakan. Raja ternyata telah menyiapkan jebakan untuk kematian Sidapaksa.  Ia dibekali sebuah surat ke negeri adiknya, Ratu Selokadomas. Sebelumnya Prabu Silakrama, pernah memberitahu pada adiknya,agar Sidapaksa, akan disuruh ketempat adiknya, dan meminta agar nanti Sidapaksa, pembawa surat ini langsung di bunuh saja.

Untunglah Sidapaksa singgah di padepokan kakak eyang Badawanganala, yaitu kakak perempuan eyang Badawanganala, bernama  eyang Badawangsih, yang tinggal di padepokan Jambesinigar Eyang ini curiga pada bawaan Sidapaksa. Sehingga ketika Sidapaksa sudah tertidur, Eyang Badawangsih membuka bawaan Sidapaksa. Ia menemukan sepucuk surat yang mencurigakan. Yang ternyata ada surat raja Sinduraja, maka  diambilnya. Kemudian diterawangnya, Tanpa membuka sampul surat,  eyang Badawangsih, bisa membaca surat itu, yang isinya, agar adik perempuannya, yang bernama dewi Salokadomas, ditugaskan untuk membunuh sidapaksa, Eyang pertapa itupun, bersemadi. Dengan kesaktiannya sang pertapa bisa nerubah isi surat tersebut, tanpa membuka sampul surat. Keesokan harinya berangkatlah Sidapaksa kenegeri Cemarakembar, menemui ratu Salokadomas, adik Prabu Silakrama.Sesampai diistana adik Pabu Silakra ma,yaitu Salokadomas  ketika melihat tamunya,merasa  bergairah melihat ketampanan Sidapaksa. Namun maksud tujuan kakanya menyuruh ketempatnya, sudah tahu sebelumnya ia diberitahu tentang rencana pembunuhan itu. Ia  menyayangkan  pria tampan itu, mengapa harus dibunuh.

Rencananya ia akan menunda pembunuhan ini.Salokadomas sementara ini tidak akan membunuhnya dulu, ia ingin bersenang senang dulu dengan Sidapaksa barang dua tiga hari, baru setelah itu dibunuhnya. Pembunuhan direncanakan  dengan memasukkan racun di jamuan makannya.

Sidapaksa memberikan surat Prabu Silakrama, kepada dewi Salokadomas. Betapa terkejut Ratu Salokadomas ketika membaca isi surat itu. Ternyata isi suratnya lain dari perkiraannya. Mengapa justru surat itu memerintahkan  agar adiknya mengambilkan pusaka Prabu Silakrama yang sudah lma dititipkannya, padahal  pusaka itu merupakan pusaka  yang menentukan hidup matinya Prabu Silakrama..

Adiknya jadi ragu jangan jangan surat itu palsu. Namun setelah melihat huruf demi hurufnya, yakinlah kalau surat ini asli tulisan kakaknya, lagi pula ada cap cincin stempel kerajaan. Karena ia sudah percaya sutat itu asli, maka isi surat kakaknya, Prabu Silakrama, segera dipenuhi.Dewi Salokadokas juga lupa rencananya berbuat mesum pda Sidapaksa.

Pusaka keris Nagaraja diberikannya pada Sidapaksa.

Sementara itu di puri kediaman Sritanjung dan Sidapaksa, dewi Sritanjung kedatangan prabu Silakrama.

Silakrama minta agar Sritanjung nelayani hasrat hawa nafsu prabu Silakrama yang sudah memuncak, Sritanjung tidak menanggapi, malah lari masuk dalam ruang kerja Sidapaksa dan menguncinya.

Prabu Silakrama kecewa dengan kegagalannya. Ia mengancam,akan memberi tahu Sidapaksa suaminya. Ia akan berkata kalau Sritanjung berbuat nista, dengan menangis nangis minta agar dirinya, Prabu Silakrama melayaninya, karena Sritanjung tak puas dengan suaminya,

Sritanjung tidak takut ancaman rajanya, ia bertekad lebih baik mempertahankan kesucian dirinya pada suaminya. Kalau memang dewa menentukan garis kematiannya ia siap menghadapinya,

Prabu Silakrama masygul hatinya, ia ternyata ketakutan juga kalau perbuatannya diketahui Sidapaksa.

Maka ia memerintahkan, agar disetiap penjuru jalan menuju puri Sidapaksa dijaga. Jangan sampai SIdapaksa pulang ke puri, nanti kedahuluan istrinya memberi tahu apa yang baru terjadi. Betul juga, Sidapaksa ditemukan sedang menuju ke purinya. Seorang prajurit mendatangi dan pergi membawanya menghadap raja. Sidapaksa bertanya dalam hatinya ada apa gerangan yang terjadi, mengapa ia dicegat dijalan.

Sesampai menghadap raja, Sidapaksa diberi tahu mengenai istrinya, Sritanjung, yang nagis nangis datang ke istana, agar dilayaninya. Karena menurut dewi Srutanjung Sidapaksa seorang laki laki tetapi tidak bisa memuaskan istrinya. 

Mendengar itu SIdapaksa bagai tersambar geledeg,menjadi marah. ia merasa dihina oleh Sritanjung.Oleh karena itu Prabu Silakrama memberikan keris ligan. Keris ligan adalah keris yang dikeluarkan dari wrangka nya kepada Sidapaksa.

Raja memberikan keris ligan, maksudnya supaya  Sidapaksa membunuh Sritanjung. Sidapaksa bagaikan kerbau dicotok hidung, membawa keris ligan ke puri untuk menjumpai istrinya.


Sesampai di puri, Sidapaksa tidak terlihat istrinya. Sidapaksa mulai berteriak teriak. Mendengar suara suaminya. Sritanjung segera keluar dari kamar persembunyiannya. Sidapaksa langsung menyeret istrinya keluar dari kamarnya. Sidapaksa menuduh kalau
SrItanjung telah berselingkuh dengan prabu Silakrama.

Sritanjung merncoba menerangkan apa  yang telah terjadi sebenarnya. Namun Sidapaksa sudah tidak mau mendengar suara istrinya. Ia lebih percaya omongan rajanya daripada istrinya sendiri. Akhirnya istri rela di bunuh oleh suaminya. Namun tidak di puri. Ia ingin mati disungai. Sesampai di tepi sungai, Sritanjung berkata ia telah mempertahankan kesucian pada suaninya, tetepi suaminya tidak  mau percaya.bahkan mau membunuh nya.

Namun sebelumnya  ia akan mebuktikan bahwa ia tidak bersalah. Andaikata ia nanti dibunuh akan mengeluarkan bau yang wangi pertanda ia tak salah. Tetapi kalau amis, maka ia yang salah. Sidapaksa bagaikan orang yang sudah gila tertawa terbahak bahak, katanya tidak mungkin  ada darah bisa wangi, palimg bacin amis. dengan tidak menunggu lama lama, Sidapaksa menghunjamkan keris ligan pemberian rajanya kedada istrinya. tubuh istrinya jatuh kedalam sungai, dan terbawa hanyut terbawa arus sungai yang bening airnya. Air tempat jatuhnya tubuh istrinya, menjadi memerah. Sidapaksa trkejut ketila ia mencium bau yang semerbak mewangi. Sidapaksa akhirnya tahulah, kalau Sitanjung tidak bersalah, sayang sudah terlambat,

 ia seorang suami yang jahat, tidak bisa melindungi istrinya, malahan ia tega membunuhnya. Ia mennangisi istrinya sepanjang siang dan malam.Keesokan harinya, Sidapaksa kembali ke istana raja. Ia menghadap raja Silakrama.

Sidapaksa menyerahkan kembali kepada rajanya, keris ligan yang diberikan kemarin, tetapi bukan diberikan ketangan rajanya, keris itu ditusukkan kedada Prabu Silakrama. Prabu Silakrama tewas. Namun setelah jatuh menyentuh tanah, ia hidup lagi. Prabu Slakrama pun hidup lagi, kini ia ganti menyerang  Sidapasksa. Sidapaksa keluar istana, rajanya pun mengejarnya. Terjadilah perkelahian hebat antara keduanya. Berkali kali raja tewas tapi kemudian hidup lagi.
Sidapaksa menjadi demetar ketika musuhnya sangat sakti. Tiba tiba iangat keris pemberian Ratu Selokadomas.

Segera pusaka diambil. Di acungkannya ke hadapan Prabu Silakrama. melihat keris itu ada ditangan Sidapaksa, Silakrama tampak ketakutan melihat itu, ia meminta Sidapeksa  mengembalikan keris itu kepada nya.

Maka terjadilah perebutan pusaka, namun Silakrama  tewas, tertikam keris. Tubuhnya  menjadi hangus terbakar dan musnah.

Kembali Sidapaksa menyesali dirinya yang tega mebu nuh istri yang setia pada suami.  Dewi Sritanjung istri pa ling setia. Ia mau mempertahankan kesucian nya demi kesetiaan pada suaminya. Namun mengapa ia malah membunuh nya. Kini  Ia bingung mau pergi kemanakah ia kemanakah ia akan pergi, kembali ke Bumiretawu tempat ibunda Sidapaksa,takut ibunya pingsan,  Atau ke Pertapaan Gisiksamodra tempat eyang badawanganala. Pasti mereka akan menanyakan kemana Sritanjung.

Akhirnya sidapaksa ke istana Astina menemui prabu Parikesit. Ternyata Prabu Parikesit juga menanyakan kemana perginya bibi Sritanjung. Sidapaksa terpaksa menceritakan apa yang telah terjadi pada mereka.

Tiba tiba saja, Parikesit meminta pamannya Sidapaksa, malam itu juga pergi dari Astina. Pamanda Sidapaksa  akan diterima kembali asalkan  bisa membawa bibi Sritanjung ke Astina dalam keadaan hidup.

Dengan ke putus asaan yang luar biasa, pergilah pamanda Sidapaksa entah kemana. Ia sendiri tidak tahu kemana  harus pergi. Para pembaca apa sebaiknya cerrita ini sampai disini, dengan keputus asaan dan penyesalan Sidapaksa, atau diteruskan lagi, agar Sidapaksa berkesempatan hidup bersama lagi dengan istrinya, Sritanjung,***


Sebenarnya masih ada beberapa wanita lain yang memberikan pengorbanan dan kesetyaan pada suami,seperti:

Dewi Sinta yang membakar diri, demi suami tercinta, namun suami juga belum  percaya atas kesucian dirinya,dan diulang dengan sumpah bumi, bumi akan menelannya kalau  dirinya masih suci, dan bumi pun menerima sumpah Dewi Sinta.Dewi Sunta pun ditelan bumi. Dewi Pujawati, Dewi Surtikanti dan juga Dewi Madrim, Dewi Siti Sendari serta wanita wanita yang lain yang rela berkorban demi kesetiaaan mereka pada para suaminya, dengan membakar diri di  dalam kobaran api yang sedang membakar jasad suaminya. Sedangkan dewi Arimbi membakar diri ketika puteranya, Raden Gatutkaca serta adik adik Dewi Arimbi tewas dalam perang Baratayudha..



Dari Wayang Wayang :

Kemudian atas bantuan berbagai pihak, kami ucapkan banyak terima kasih.